saya ucapin itu dengan nada memelas. Lia cuma mengangguk tapi masih menunduk. Tangannya masih memegang handuknya erat-erat. Tak lama setelah itu dia berjalan pelan kedalam rumahnya sambil menahan malu. Matanya berkaca-kaca. Saya jadi tambah merasa bersalah.
“Blum ada lho yang ngeliat Lia begituan. . ?”
“ Kok kakak berani sih?” suaranya lirih.
Akhirnya saya anterin Lia ke kamarnya. Saya bimbing dia menuju kamarnya. Dibenak saya semuanya campur aduk. Perasaan bersalah udah membuat dia ketakutan. Mungkin saja bagi cewek hal seperti itu bisa membuatnya trauma.
Setelah sampai dikamar Lia, saya malah memeluknya. Terlintas dipikiran saya, kalau cewek sedang sedih begitu cara untuk menenangkannya hanyalah dengan di peluk ,menurut teori saya yang pernah saya lakukan .
“Lia . . .. ,Kakak minta maaf ya . . ”
saya bisikin itu ke telinganya. Sekali lagi Lia mengangguk. Dari pelukan, saya beralih mendekap Lia.
Saya langsung saja cium pipinya kemudian bibirnya. Kemudian dengan naluri saya, tangan saya juga ikut memainkan perannya meremas dada Lia dari luar handuknya.
“Kakak! Sedang ngapaain nih. . .!” ucap Lia kaget.
Dalam teori saya, kepalang becek , basah aja sekalian!
0 Response to "Ukhti Dan Partner, Suami Orang, Temen Kerja, Nikmatnya Beda"
Posting Komentar